CBT kelas X dan XI

Standard

SMA negeri 4 Mataram mulai tahun ajaran 2018/2019 memulai ujian berbasis komputer untuk penialaian Kd bersama kelas X dan kelas XI. semoga berlanjut untuk penilaian berikutnya.

Model Pembelajaran inquiry

Standard

Model Pembelajaran Inkuiri
27 Mei 2010 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Model Pembelajaran Inkuiri
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
A. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
• Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
• Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
• Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran, Rachel et al.(2007). The impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and Classroom Practice. Journal. Tersedia: http://www.rume.org/crume2007/papers/cochran-mayer-mullins.pdf
Krismanto, M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa Media
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA

CARA MEMASUKAN FOTO DI EXCEL 2007

Standard

Prosedur membuat foto bisa tampil otomatis di excel, misalnya untuk kepentingan rapor, kartu ujian, kartu pelajar dll, sebagai berikut:
1. Buat tabel data excel di sheet 1 sebagai contoh:
Image
2. Buat tabel yang berisi foto di shett 2 sebagai contoh:

Image
Buatlah range dinamis misal di shell d5 , klik formula pilih define name
Pada name ketik  gambar
Pada refers to ketik  =$A$3:index($D:$D,COUNTA($A:$A)) terus klik OK

Image
3. Buat tabel untuk menampilkan foto pada lembaran kartu ujian/raport/pelajar di sheet 3 seperti contoh:
Image
Insetkan tempat foto. Kemudian buat shell dinamis misal di shell f3, klik formula pilih define name
Pada name ketik tampil
Pada refers to ketik  index(gambar,match($f$2,index(gambar,0,1),0),4) Terus klik OK.
Klik tempat tampilkan foto , pada formula bar ganti nama dengan =tampil   lalu enter
Hasilnya sebagai berikut:
Image
Untuk orang sebelum ganti angka satu pada shell f2 dan orang selanjutnya ganti angka 3 dan seterusnya. Trims

Setting apn simpati di htc one

Standard

Cara Setting Internet 3G APN Telkomsel di Android HP HTC

In the Menu go to Settings -> Wireless & networks-> Mobile networks -> Access Point Names -> add New APN and key the following settings

Internet / 3G APN Settings:
Name : Telkomsel internet
APN : internet
Proxy : <Not Set>
Port : <Not Set>
Username : <Not Set>
Password : <Not Set>
Server : <Not Set>
MMSC : <Not Set>
MMS Proxy : <Not Set>
MMS Port : <Not Set>
MCC : 510
MNC : 10
Authentication type : <Not Set>
APN Type : default, supl

MMS APN Settings:
Name : MMS
APN : mms
Proxy : <Not Set>
Port : <Not Set>
Username : wap
Password : wap123
Server : <Not Set>
MMSC : http://mms.telkomsel.com
MMS Proxy : 10.1.89.150
MMS Port : 9201
MCC : 510
MNC : 10
Authentication type : <Not Set>
APN Type : mms

WAP APN Settings:
Name : Telkomsel WAP
APN : telkomsel
Proxy : 10.1.89.130
Port : 8000
Username : wap
Password : wap123
Server : <Not Set>
MMSC : <Not Set>
MMS Proxy : <Not Set>
MMS Port : <Not Set>
MCC : 510
MNC : 10
Authentication type : <Not Set>
APN Type : default, supl

Cara Menghilangkan Password Login di Windows 8

Standard

Beriikut tahap-tahap menghilangkan password

1. Ketik “netplwiz.exe” di RUN Command tanpa tanda petik,tekan OK

Image

2.Hilangkan Centang/Checklist pada “Users must enter a user name and password to use this computer” , tekan OK

Image

3. Masukkan passwordnya lagi untuk mengubah settingan tersebut

Image

Tekan OK , Selesai. Silahkan restart password tidak akan diminta lagi.

 

Untuk mengembalikan password ikuti tahap diatas pada tahap ke-2  Centang/Checklist pada “Users must enter a user name and password to use this computer” , tekan OK

Dekstop hitam

Standard

JURUS JITU MENGATASI DEKSTOP TAMPAK HITAM DAN HANYA KURSOR YANG KELIHATAN.

Kamis 5 Desember 2013, laptop temanku blank desktop hitam dan hanya kelihatan bahwa tanda mouse aktif ! pusiiiiiiing ! aaah gak juga mesin googel memberi solusi berikut:

– Tekan “CTRL + ALT + DEL”, lalu pilih “Task Manager”.

– Pada “Task Manager”, klik “File > New Task (Run…)”, ketikkan “regedit” tanpa tanda kutip.

– Setelah “Registry Editor” terbuka, cari folder registry “Winlogon”:

HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\Winlogon

– Jika sudah, pada bagian kanan cari String “Shell” dan “Userinit”.

– Normalnya nilai dari “Shell” berisi:

explorer.exe

 

Jika berbeda, ubahlah nilainya seperti diatas.

– Normalnya nilai dari “Userinit” berisi:

C:\Windows\system32\userinit.exe,

 

Jika berbeda, ubahlah nilainya seperti diatas.

*Catatan: Ada tanda koma “,” pada akhir “userinit.exe” dan biasanya masalah terjadi disini karena kurang tanda “\” (slash) seperti “C:\Windows\system32userinit.exe,“.

– Setelah selesai, restart komputer atau laptop anda dan Windows anda sudah kembali normal.

sumber:  http://thearczoro.blogspot.com

Daging kambing

Standard

FITNAH KEJI THD “KAMBING HITAM” – BLACK OPPINION
Bagi mereka yang divonis hipertensi sangat ngeri ketika ada yang menyebut daging kambing. Akibat derasnya isu efek samping daging kambing membuat banyak orang pun berfikir ulang kali untuk menyantapnya. Benarkah sedemikian menakutkan efek daging kambing? Ternyata sampai sekarang belum ada studi atau penelitian yang akurat tentang efek samping daging kambing.
Sebaliknya berdasarkan petunjuk Al Quran dan Hadits, daging kambing merupakan salah satu makanan terbaik yang disediakan Allah ta’ala untuk hamba-Nya dengan khasiat unggulan untuk merawat kesehatan juga pengobatan serta sebagai bahan baku utama pembentukan sel darah merah.
Bahkan mereka yang melazimkan mengkonsumsi daging kambing akan terpengaruhi kecerdasannya menjadi lebih baik, termasuk moralnya. Karena kambing termasuk binatang yang paling baik perilakunya dibanding fauna lainnya.
Lantas siapa sebenarnya yang giat menyebar “teror” dan menghalangi kaum muslim menyantap daging kambing dengan segala kebaikan dan keutamannya? Pendeknya, kambing yang banyak memberikan kebaikan telah difitnah secara keji oleh pihak-pihak yang anti kebenaran dan kebaikan.
Bukankah para Nabi dan Rasul hampir semuanya penggembala kambing, daging dan susunya merupakan makanan dan minuman favorit mereka. Bila kambing lekat dengan kehidupan para nabi dan rosul, bisa dipastikan bahwa kambing merupakan binatang terbaik terutama dagingnya. Belum lagi banyak syariat, seperti qurban, aqiqah yang menjadikan kambing sebagai binatang yang disunnahkan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Darda, Rasulullah SAW bersabda: “Rajanya makanan penduduk surga adalah daging, “sementara dari hadits Buraidah secara (marfu’) disebutkan, “sebaik-baiknya lauk di dunia dan akhirat adalah daging”.
Az Zuhri menyatakakambing1n “memakan daging dapat menambah stamina menjadi tujuh kali lipat”. Bahkan Ali Bin Abi Thalib R.A berkata, “Makanlah daging, karena daging dapat membersihkan warna kulit, mengecilkan perut dan memperindah tubuh”.
Ali Bin Abi Thalib R.A juga berkata, “Barangsiapa meninggalkan makan daging selama emput puluh hari, akhlaqnya berubah buruk.”
Abu Hurairah R.A berkata, “Dihidangkan di hadapan Rosulullah semangkuk bubur dan daging, maka beliau mengambil bagian lengan dan bagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi”. (HR Muslim)
Abdullah bin Mas’ud berkata “Rasulullah sangat suka pada bagian lengan dan beliau pernah diracuni dengan cara meracuni lengan kambing yang hendak beliau makan. Sahabat berpendapat bahwa orang-orang Yahudilah yang meracuninya.” (HR Abu Dawud)
Faktanya daging kambing memiliki kandungan lemak total, kolesterol, lemak jenuh (saturated fat) yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daging lain pada umumnya. Kandungan protein daging kambing hampir sama dengan daging lainnya, akan tetapi daging kambing memiliki karakteristik yang khas dalam hal lemak jenuh dan kolesterol.
Daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dan kandungan lemak monosaturated dan polysaturated yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat apabila setelah daging kambing dimasak akan terlihat lebih banyak cairan lemak yang keluar menetes.
Hasil analisa menunjukkan bahwa daging kambing memiliki lemak 50% lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi.
Menurut Ibnu Qoyyim, daging kambing bersifat panas, sehingga dapat mencairkan pembekuan dan memanaskan metabolisme yang dingin, terutama apabila dikonsumsi pada musim dingin.
“Dan kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini” (Ath-Thur : 22)

Sumber : Ustads Pranowo di FB

TITRASI IODIMETRI

Standard

“Penentuan Kadar NaClO dalam Larutan Pemutih”

I.           

            DasarTeori

Cairan Pemutih (Pengelantang)untuk pemutih pakaian (mencuci) banyak di jual di pasaran dengan berbagaimerk dagang, misalnya bayclean, sunclean, dan lain-lainnya. Di dalam cairan pemutih tersebutt erdapat bahan aktif NaClO (Mr=74,5) yang umumnya mempunyai kadar 5,23% (Menurut label). Kadar NaClO tersebut dapat ditentukan melaluit itrasi volumetric dengan Na2S2O3 sebagai larutans tandart.

      II.            Tujuan

“Menentukan Kadar NaClO dalam Larutan Pemutih”

   III.            AlatdanBahan

1)     Alat

                                                               i.      Labu Erlenmeyer

                                                             ii.      Pipet tetes

                                                           iii.      GelasUkur

                                                           iv.      Corong

                                                             v.      Statif, klem, dan buret

2)     Bahan

                                                               i.      LarutanPemutih (2 merk : vanish &bayclean)

                                                             ii.      Larutan Na2S2O30,1 M

                                                           iii.      Larutan KI 0,1 M

                                                           iv.      LarutanHCl 1 M

   IV.            Cara Kerja

Ø  Memasukkan 1 mImageL larutan pemutih kedalam labu erlenmeyer

Ø  Menambahkan 2 mL Larutan KI 0,1M dan 5 mL larutanHCl 1M

Ø  Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1M sebanyak  sampai warna larutan tepat hilang dan mencatat volume yang digunakan.

Ø  Mengulangi perlakuan titrasi sebanyak 3 kali

Ø  Melakukanpercobaan yang sama pada merk pemutih lainnya.

 

      V.            Tabel pengamatan

1.      PemutihMerk VENISH

           

Percobaan

Volume Larutan Na2S2O3 0,1M yang digunakan

1

12,8 ml

2

11,2 ml

3

10,1 ml

 

2.      PemutihMerkBayclean

 

Percobaan

Volume Larutan Na2S2O3 0,1M yang digunakan

1

7,3 ml

2

6,1 ml

3

4,7 ml

 

Perhitungan   :

 

Pada percobaan ini terjadi reaksi sebagai berikut:

NaClO  +  2KI  + 2HCl        NaCl  +  2KCl  + H2O

 I2  +  2Na2S2O3                  2Nal  +  Na2S4O6

 

   VI.            HasilPengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat di hitung kadarNaClO ,yaitu

 

1. Pemutih merk Venish

Ø  Volume rata-rata larutanNa2S2O30,1M yang digunakan = 11, 3 ml

ØBanyaknyaMolLarutanNa2S2O30,1M  yang digunakan = 11,3 x 0,1/1000 mol = 0,00113 mol

Ø  Jumlah mol NaClO = 1/2 x 0,00113 mol    = 0,00057 mol

Ø  Massa NaClO berdasarkan hasil titrasi = 0,0005774,5 gr = 0,042 gr

Ø  Kadar NaClO pada pemutih hasil titrasi = 0,042 /1 x  100 % = 4,2 %

 

2. PemutihMerkBayClean

Ø  Volume rata-rata larutanNa2S2O30,1M yang digunakan  = 6,03 ml

ØBanyaknyaMolLarutanNa2S2O30,1M  yang digunakan : = 6,03 x 0,1/1000 mol= 0,0006 mol

Ø  JumlahmolNaClO  = 1/2 x 0,0006 mol = 0,0003 mol

Ø  Massa NaClOberdasarkanhasiltitrasi = 0,000374,5 gr = 0,022 gr

 

Ø  Kadar NaClOpadapemutihhasiltitrasi  = 0,202/1 x100 % = 2,2 %

 VII.            Kesimpulan

Pemutih yang bermerkVenishmemilikikadarNaClOsebanyak 4,2%.  SedangkanpadapemutihmerkbaycleanmemilikikadarNaClOsebanyak  2,2%.

 

UNTUK RENUNGAN TENTANG UJIAN NASIONAL

Standard

Kerusakan Multidimensional Kebijakan UN

Oleh: Doni Koesoema A.

Kebijakan Ujian Nasional (UN) yang telah dimulai satu dasawarsa lalu ternyata telah terbukti tidak dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dampak-dampak merusak selama 10 tahun penyelenggaraan kebijakan Ujian Nasional telah menjadi bukti bahwa UN tidak efektif, melenceng dari tujuan semula, dan tidak membawa manfaat bagi kemajuan bangsa ini. Karena itu, Ujian Nasional harus dihentikan.

Artikel ini mengulas 13 dampak kerusakan multidimensional akibat kebijakan UN yang menghancurkan sendi-sendi pendidikan nasional, bukan hanya sampai level kebijakan di unit sekolah, melainkan juga sampai pada kehancuran moral, psikologis, pedagogis, finansial, para pemangku kepentingan pendidikan, terutama siswa, guru, orang tua, dan masyarakat pada umumnya. 13 dimensi kerusakan akibat kebijakan UN adalah sebagai berikut.

1. Dimensi Pendidikan Berkeadilan.

Ujian Nasional telah mengabaikan hak warga negara untuk menerima pendidikan yang berkeadilan, bahkan melanggengkan praktik ketidakadilan ini secara terstruktur dan sistematis. Dengan demikian, kebijakan UN juga inkonstitusional karena melanggar sila kelima Pancasila.  Laporan terbaru dari pemerintah menyebutkan bahwa dari segi sarana dan prasarana masih ada 80% sekolah berada di bawah standard pendidikan nasional. Masih ada perbedaan kualitas guru antara di kota besar, dan di pedalaman. Ini mengakibatkan perbedaan kualitas pengalaman belajar. Siswa yang memiliki pengalaman belajar, sarana, prasarana, budaya dan kualitas guru yang berbeda namun mereka dipaksa melakukan sebuah ujian dengan standard yang sama melalui UN, merupakan sebuah perlakuan tidak adil. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, dan negara harus menyediakannya. Hak-hak asasi warga negara untuk memperoleh keadilan dalam pendidikan inilah inilah yang dirampas dan dirusak melalui Ujian Nasional.

2. Dimensi Penghayatan Moral (systemic demoralization)

Kebijakan UN yang bersifat high-stakes (memiliki konsekuensi fundamental bagi hidup siswa, menilai kelulusan) di tengah ketidakadilan dan desifit standard nasional pendidikan, telah memaksa guru, kepala sekolah, dan pejabat pendidikan melanggar norma-norma moral. Prinsip moral yang mengutamakan penghargaan terhadap individu sebagai pribadi yang unik, berharga, tidak boleh diobjektivasi, dimanipulasi, diperalat, dan tidak boleh dirusak, telah dilanggar melalui kebijakan UN. Siswa, guru, dan sekolah menjadi objek bagi kebijakan politik pendidikan. Penghargaan terhadap kemartabatan manusia hilang. Dalam situasi panik ketidakadilan, kebijakan UN telah memaksa para pendidik untuk melanggar norma-norma moral (pencurian soal-soal UN, membocorkan soal, pencontekan terstruktur dan sistematis). UN telah membuat sekolah sebagai komunitas yang menumbuhkan kehidupan bermoral tidak terjadi, malah sebaliknya, tekanan yang berat melahirkan demoralisasi sistemik dalam dunia pendidikan. Sekolah tidak menjadi tempat pembentukan karakter yang menumbuhkan dan memperkuat kualitas individu.

3. Dimensi penghargaan terhadap individu.

UN sebagai ujian standar yang dilakukan sebagai sebuah pemaksaan (mandatory), melanggar kebebasan individu siswa. UN tidak menyisakan ruang bagi pilihan-pilihan bebas dalam rangka memperoleh hak-hak mereka atas pendidikan yang layak dan pantas bagi kemanusiaan. Dalam sebuah ujian yang memiliki dampak penting dan fundamental bagi kehidupan siswa di masa depan, pemaksaan ujian merupakan pelanggaran atas hak-hak individu. Individu perlu dimintakan persetujuannya sebelum sebuah intervensi pendidikan berisiko tinggi diterapkan padanya. Dirampasnya kebebasan individu melalui pemaksaan UN berdampak pada tidak dihargainya harkat dan martabat individu yang bebas, dan berhak memperoleh perlakuan yang pantas dan manusiawi terhadap kebijakan apapun yang memengaruhi kehidupannya secara mendasar.

4. Dimensi Pembelajaran (learning).

Ujian Nasional yang menentukan kelulusan siswa mengeringkan dimensi pembelajaran yang semestinya otentik, menggairahkan, menumbuhkan, melahirkan kreativitas dan inovasi. Dengan adanya kebijakan UN, pembelajaran hanya bersifat mekanis, model soal pilihan ganda UN mereduksi pembelajaran sekedar pada kemampuan berpikir tingkat rendah (hafalan). Semangat belajar juga menurun karena pengalaman dari tahun demi tahun terbukti bahwa kelulusan setiap sekolah hampir mendekati 98%, sehingga siswa enggan belajar, toh pasti luus. Ini terjadi karena budaya katrol nilai (di tingkat pusat dan lokal sekolah). Sistem penilaian UN yang 40 % ditentukan sekolah membuat sekolah memanfaatkan ruang 40% sebagai satu-satunya cara untuk mendongkrak nilai siswa. Dalam nilai ujian akhir sekolah, siswa sudah tahu nilainya pasti baik. Ini membuat suasana belajar otentik yang mestinya hadir di sekolah tidak terjadi. Motivasi belajar menjadi rusak.

5. Dimensi Pengajaran (teaching).

Kebijakan UN juga telah memengaruhi bagaimana cara guru mengajar. Terjadi pengeringan proses pengajaran. Guru hanya mengajar siswa agar berhasil mengerjakan tes melalui drill dan pembiasaan dengan soal-soal UN. Materi yang dipelajari pun hanya materi yang akan keluar di UN, sementara materi lain yang tidak ada dalam kisi-kisi, meskipun penting, dilewati. Siswa hanya diajar bagaimana strategi menyelesaikan soal secara cepat, tanpa perlu mengetahui prosesnya. Kegiatan pengajaran yang mestinya inspiratif dan ekploratif digantikan dengan kegiatan menghafal melalui try out dan drill latihan soal berulang-ulang. Pengajaran tereduksi menjadi pengajaran yang berkualitas rendah, kering, dan memandulkan kreativitas. Guru menjadi seperti robot. Ia tidak bisa berkreasi, karena tuntutan publik untuk meluluskan semua siswa dalam UN. Dimensi pengajaran menjadi kering kerontang yang berdampak pada hilangnya gairah, semangat dan motivasi guru sebagai agen pembelajar.

6. Dimensi Pengembangan Kultur Sekolah (school culture).

Kultur pendidikan yang menumbuhkan, menghargai kerjasama, merawat satu sama lain dalam rangka pelayanan pendidikan menjadi hilang. Kebijakan katrol nilai atau menggelembungkan nilai sekolah menjadi kebiasaan untuk mengantisipasi nilai UN siswa sehingga siswa tetap bisa lulus. Ini belum ditambah dengan strategi pencontekan terstruktur oleh tim sukses UN sekolah. Guru yang telah mendampingi siswa dengan penuh jerih payah seringkali terpaksa mengingkari nuraninya karena dipaksa kepala sekolah untuk mengubah nilai-nilai siswa tertentu. Terjadi ketidakadilan, pemaksaan, dan penekanan terhadap guru dari otoritas sekolah demi UN. Kebijakan UN juga memaksa sekolah memberikan prioritas pembelajaran pada pelajaran tertentu. Akibatnya, siswa meremehkan pelajaran yang non-UN. Guru yang mata pelajarannya tidak di-UN kan seringkali merasa diabaikan siswa karena dianggap tidak penting. Guru-guru Non-UN mengalami demotivasi, semantara kebijakan UN memecah belah kolegialitas guru. Kultur sekolah sebagai komunitas moral yang menumbuhkan menjadi rusak melalui kebijakan politik pendidikan belah bambu ala UN. UN telah membuat kultur moral sekolah rusak.

7. Dimensi Hegemoni Kekuasaan (state apparatus empowerment).

Ujian Nasional telah membuka kesempatan bagi penyalahgunaan kewenangan penguasa dan pejabat pemerintahan. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kebijakan UN memaksa para kepala dinas untuk memaksa kepala sekolah melakukan tindakan-tindakan curang agar hasil UN di daerahnya naik. Kepala Dinas yang mestinya berkomitmen pada pengembangan dan pengawasan pendidikan di lingkungannya menjadi rusak moralnya. Kalangan akademisi yang masuk dalam pusara lingkungan kekuasaan menjadi mandul nuraninya, turun derajatnya sekedar menjadi corong pembenaran perilaku penguasa yang tidak bermoral, hilang integritas moralnya sebagai akademisi ketika membiarkan dan melegitimasi sebuah kebijakan yang secara moral maupun profesional tidak dapat dibenarkan. Usaha pemerintah untuk memberdayakan aparatur negara sebagai insan yang melayani rakyat menjadi sia-sia, malahan rusak.

8. Dimensi Pemberdayaan Masyarakat

Ujian Nasional telah mengadu dua kekuatan masyarakat, guru-guru, guru-masyarakat, masyarakat-masyarakat dalam rangka pengembangan pendidikan nasional. Terjadi kecemburuan sosial antara guru yang mengajar matapelajaran yang di-UN-kan dengan yang tidak. Guru dibenturkan dengan peran serta masyarakat melalui kehadiran lembaga bimbingan belajar yang menerobos masuk ke sekolah menggantikan peran guru. Jika kehadiran lembaga bimbingan belajar di sekolah bersifat lelahanan, alias gratis, tentu tidak masalah. Namun, untuk layanan pendidikan yang sudah menjadi hak siswa ini, siswa dan orangtua masih dikenakan biaya. Sekolah menjadi ladang perebutan bisnis untuk mengisi kantong orang-orang tertentu yang memiliki kewenangan pengelolaan pendidikan. Orangtua harus mengeluarkan biaya tinggi demi persiapan UN. Selain itu, UN telah memecahbelah kesatuan orangtua. Kasus Ibu Siami yang disingkirkan oleh sekolah dan didukung oleh orangtua siswa lain yang dirugikan karena laporan kecurangan yang diadukan Alif, anaknya, menunjukkan bahwa UN telah melumpuhkan soliditas antar warga, bahkan mendemoralisasi orangtua secara sistematis. Masyarakat menjadi sakit moral! Mereka tidak lagi dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk. UN telah memecahbelah kekuatan masyarakat dalam mencerdaskan bangsa.

9. Dimensi Finansial Masyarakat.

Hajatan Ujian Nasional telah memaksa orang tua mengeluarkan biaya tambahan untuk persiapan UN, mulai dari uang untuk membeli materi pelajaran persiapan UN, try out, membayar lembaga bimbingan belajar, kalau perlu membayar untuk membeli bocoran soal. Secara anggaran, masyarakat dirugikan dengan besarnya biaya UN, yang dihambur-hamburkan demi sebuah kebijakan pendidikan yang tidak terbukti meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

10. Kriminalisasi pendidik

Ujian Nasional telah mengkriminalisasi pendidik, dan menganggap mereka sebagai teroris ketika densus 88, polisi, juga diterjunkan untuk mengawasi keseluruhan proses UN sampai tingkat unit sekolah. Sekolah menjadi lingkungan yang tidak ramah bagi para pendidik dan siswa. Pendidik selalu dicurigai dan diawasi kegiatannya menjelang UN. Ada guru dan kepala sekolah yang ditangkap karena mencuri bocoran soal, membocorkan soal, dll. Kriminalisasi pendidik merupakan salah satu dampak nyata adanya kebijakan UN.

11. Dimensi Pencitraan Pendidikan

Selama 10 tahun, kualitas pendidikan di Indonesia selalu jeblok dalam rangka evaluasi pendidikan di level internasional. Ini akan semakin mencoreng muka bangsa Indonesia, karena kualitas pendidikan yang buruk ini terekspose secara global dari tahun ke tahun, dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk memperbaiki buruknya kualitas pendidikan kita di level internasional dan global. Ujian Nasional telah merusak citra pendidikan di Indonesia dalam setiap ujian di tingkat internasional.

12. Dimensi Evaluasi dan Pengukuran

Validitas kualitas soal-soal dalam UN tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini terjadi karena tidak ada akuntabilitas atas kualitas soal-soal yang akan diujikan dalam UN. Pelaksanaan yang amburadul, kebocoran terjadi di mana-mana, membuat hasil UN tidak dapat dipakai untuk menilai apa yang sesungguhnya akan dinilai. Model konstruk item soal berupa pilihan ganda menurunkan kualitas proses pembelajaran yang dinilai, karena hanya dapat memotret kemampuan berpikir tingkat rendah. Pelaksana UN (BNSP) merupakan lembaga yang tidak independen, sehingga melahirkan konflik kepentingan dan menghancurkan kredibilitas UN sendiri. Dia yang buat sendiri, menilai sendiri, dan melaporkan pada dirinya sendiri. Hasil UN secara nasional adalah sebuah kesepakatan politik! (Ingat, tahun 2004 terjadi katrol nasional). Karena itu, hasil-hasil laporan UN yang bersifat nasional, dari Sabang sampai Merauke yang melaporkan tingkat kelulusan di atas 98% merupakan laporan pendidikan yang palsu, tidak kredibel, karena fakta di lapangan menunjukkan kenyataan lain.

13. Dimensi hukum.

Ujian Nasional telah melahirkan pelanggaran hukum secara transparan dan terang-terangan kepada masyarakat Indonesia. Supremasi hukum di negeri ini diinjak-injak. Keputusan Mahkamah Agung tentang Ujian Nasional, menunjukkan bahwa pemerintah ini telah merusak tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dan mengajarkan pada seluruh rakyat, bahwa di negara ini, melanggar hukum adalah sah-sah saja. Bangsa ini akan hancur bila para pejabatnya menginjak-injak supremasi hukum dan tidak menghargai keadilan di negeri ini.